Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan Keindahan

A.     Pengertian Manusia sebagai makhluk hidup yang paling mulia serta sempurna, memiliki kaitan yang erat terhadap keindahan. Karena Tuhan sebagai sang pencipta sangat menyukai keindahan, jadi sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab manusia untuk selalu menjaga, merawat, serta melestarikan keindahan yang telah Tuhan ciptakan di alam ini. a.        Pengertian Keindahan Kata keindahan berasal dari suku kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, (meskipun tidak semua hasil seni indah, pemandangan alam (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, tanaman, perabot rumah tangga dan sebagainya), suara, warna dan sebagainya. Keindahan adalah identik dengankebenaran. Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetik” (Filsafat Keindahan) dalam bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “b

Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan Cinta Kasih

A.       Pengertian Cinta Kasih Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwa Darminta , cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan, dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasih. Walaupun cinta kasih memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan kelurga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhanya sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintahNya, dan berpegang teguh pada syariatNya. Erich Fromm (1983: